Rezeki itu Allah yang ngatur, Nduk (part 1)

Hidup di negeri orang saya akui susah susah gampang dan asik asik menantang. Alhamdulillah tentu saja saya bersyukur karena diberi Allah sejuta kesempatan belajar satu dan lain hal. Salah satu hal yang saya merasa banyak disadarkan adalah tentang REZEKI

Umumnya orang mengidentikkan rezeki dengan uang, atau materi. Sedangkan dari sudut pandang saya sebagai remaja tanggung sok tau dan sok bijak, nampaknya rezeki bisa diartikan lebih luas yakni "kemudahan", dalam hal apapun itu.

Nah, saya tidak akan membahas lebih jauh tentang rezeki. Saya ingin berbagi tentang kemurahan Allah dalam memberi saya selautan "kemudahan" di saat yang tepat, seperti beberapa contoh berikut.

1. Kemudahan : belajar budaya

Sejak keputusan saya merantau, saya bertekad ingin hidup mandiri. Di awal semester satu, saya rajin iseng mendaftar part-time job, dari jadi waitress di restaurant sampai jadi assistant di kampus. Hasilnya, nihil, haha. Sebagai mahasiswi culun baru masuk kampus, saya kalah saing di seleksi assistant. Juga sebagai foreigner dengan kemampuan bhs jepang beginner nekat dan juga alasan lain, saya pun ditolak bekerja di beberapa sektor servis. Akhirnya saya memutuskan di semester pertama, saya lebih fokus ke kesempatan yg bahasa kerennya local exchange mengenalkan budaya (misal ngisi di acara dinner asosiasi tertentu). Sedangkan dalam bahasa kami para mahasiswa : ngamen/nyawer, haha. Ya duit memang nggak seberapa, tapi wawasan budaya negri sendiri bertambah. Satu poin rezeki, added!

2. Kemudahan : segar fisik+ksempatan time management training

Awal Semester dua, dengan ketekunan daftar part time job yang saya pertahankan, saya dan Muti-teman saya, iseng mendaftar lowongan di kampus. Sebagai apa? Petugas peduli lingkungan (baca: cleaning service) haha. Dan tidak disangka-sangka : kami Lolos! Akhirnya!

Pekerjaan ini mengondisikan kami supaya bangun pagi setiap Senin-jumat, siap-siap terjun ke medan perang, dari jam 6-8 kami beraksi mengamankan lingkungan kampus. Kami bergerilya dari satu gedung ke gedung yang lain, kelas ke kelas, membawa persenjataan lengkap(baca:sapu, gombal, serok)
Musuh utama kami adalah kotoran tentu saja. Musuh Di tingkat berikutnya adalah ke-ngantuk-an.

Nah rezeki apa yang saya dapat? Yang jelas kesegaran pagi. Kalau saya nggak terpaksa keluar kamar menyambut angin "sepoi-sepoi" pegunungan di kampus maka hampir bisa dipastikan saya molor males2an di kamar asrama. Juga kesempatan menggerakkan tubuh secara efektif. Tak lupa, sebagai mahasiswa, saya perlu menambahkan bahwa ini juga kesempatan saya belajar time management, terutama untuk bangun dan beranjak dari tempat tidur(tidak perlu saya jelaskan kecenderungan mahasiswa di pagi hari kan?)

Maka, another rezeki points added :Segar+Bugar+manajemen waktu lancar!

3. Kemudahan: ilmu, teman, pengalaman organisasi, kontribusi

Di semester dua ini juga, alhamdulillah saya dinyatakan lolos masuk team System Assistant di kampus.

System Assistant adalah organisasi yang bekerja di bawah Academic office, membantu mahasiswa lain di bidang IT plus mengerjakan project2 yg berkaitan dengan IT praktis.

Maka alhamdulillah saya dapat ilmu tambahan (karena kami suka berbagi ilmu), juga latihan organisasi karena sistem organisasi di SA ini bisa saya katakan cukup baik. Ohya, karena ini juga pekerjaan, maka kami pun dididik untuk disiplin, professional, dan supportive pada mahasiswa lain. So, tidak perlu saya ulang, lagi-lagi banyak rezeki points added!

4. Kemudahan : pengalaman kerja di SD di jepang

Semester 3, saya terpaksa meninggalkan pekerjaan sebagai petugas kebersihan sekolah karena harus pindah dari asrama ke share-apartment yang letaknya 25 menit dari kampus. Praktis saya tidak bisa ke kampus pagi2 lagi karena tidak ada transportasi yang mendukung di pagi hari (bus paling pagi adalah pukul 7)

Tapi alhamdulillah kebutuhan hidup saya secara materi masih terpenuhi dari hasil kerjaan SA dan beasiswa tambahan.

Semester 3 akhir, ternyata secara materi saya cukup kritis! Beasiswa tambahan saya akan segera berakhir, dan saya tidak lolos di aplikasi2 beasiswa lain pada saat itu. Yang kedua, saya mulai sibuk mengurusi persiapan event Indonesian Week yang berlangsung d semester itu juga, sehingga saya tidak punya begitu banyak waktu untuk mengambil pekerjaan SA (baik shift reguler maupun project)

Saya sempat khawatir, lalu saya iseng daftar kerjaan2 lain di hotel meski saya sempat takut akhirnya saya terlalu sibuk di kampus dan nggak sempat kerja.

Pagi hari itu saya coba telpon pihak hotel, dan ternyata memang saya ditolak, karena belum ada lowongan yang sesuai dengan jadwal saya. Nampaknya Allah belum menghendaki saya sibuk2 kerja di hotel di sela sela waktu sibuk saya mengurusi event. Yaa pasrah plus positie thinking saja lah, pikir saya.

Bukan kebetulan, siang harinya saya tiba-tiba dapat telpon dari mahasiswa indonesia yang sedang S2. Cerita punya cerita, mahasiswa ini, Mbak June namanya, baru saja menyambut kedatangan 2 putrinya di Jepang. Mbak June sedang mengurus kepindahan sekolah untuk putri sulungnya. Nah, putri sulungnya ini akan memulai sekolah di SD dekat rumah, yang tentu saja sehari-harinya menggunakan bahasa Jepang, padahal dia baru saja sampai dan belum bisa bahasa Jepang. Mbak June meminta saya menjadi supporter dan translator untuk putrinya. Sontak saja saya bilang Ya!

Akhirnya saya atur jadwal kuliah, sehingga sepekan 2-3 kali saya bisa menjalani tugas saya di SD pada pagi hari. Dan alhamdulillah, saya bisa melihat langsung sistem SD di jepang dan bagaimana si ibu guru ngajar dan kadang menjelaskan perbedaan budaya anak indonesia pada teman2nya anak Jepang, plus main sama anak2 sd. (lebih detil mengenai hal ini akan saya ceritakan di tulisan lain)

5. Kemudahan : latihan menjadi facilitator untuk anak2, tambahan kosakata bhs jepang

Di semester 4, saya mulai aktif menambah kegiatan menjadi facilitator untuk sebuah NPO (non profit organization) ketika weekend (sekitar 2x dalam sebulan)

NPO ini menyelenggarakan events untuk anak2 jepang, untuk berinteraksi bersama international students, sambil meningkatkan percaya diri dalam berkomunikasi dengan segala macam rupa orang. Secara khusus, dalam event ini kami menggunakan iPad untuk media bermain bersama sambil menambah kosa kata bahasa inggris. Kami juga bercerita kisah lama Jepang yang sudah di translate ke dalam bhs inggris yang dikemas dengan karikatur menarik, juga masih kami buka menggunakan iPad.

Kali ini saya dapat ksempatan enjoy main bersama anak2 kecil yang polos, yang sering malu-malu kucing, haha. Ya, jadi facilitator untuk kelompok kecil anak2 ini susah2 gampang, kadang ada yang pemaluuu banget sampai sampai saya merasa kalau bisa bikin ini anak mengeluarkan suara adalah sebuah prestasi, tapi kadang ada juga yang sibuk berebut iPad, dan lain sebagainya.

Di samping itu, kadang saya dapet kesempatan mengerjakan translate2 kisah2 yang akan dipakai. Eits, jangan berpikir bahasa jepang saya sudah jago, saya mengerjakan ini bermodalkan portal kamus bhs jepang-inggris plus feeling, haha.

Lagi-lagi, paling tidak saya dpat kmudahan dalam latihan jadi facilitator, dan nambah2 kosakata. Poin rezeki lagi ...

6. Kemudahan : melatih tubuh Sehat dan ketangkasan

Akhir semester 4, alhamdulillah saya dapat panggilan beasiswa tambahan lagi. Pekerjaan saya di SD sudah tidak begitu sibuk, karena putri mbak June yang saya bantu sudah mulai terbiasa dengan lingkungan dan teman2nya, plus sudah mulai cas cis cus berbicara dalam bhasa jepang. Event saya pun sudah kelar, maka saya bisa kembali ke ambil pekerjaan SA lagi seperti mengisi shift2 kosong dan terlibat di project2.

Suatu hari setelah ujian semester, kakak kelas saya yang bekerja di hotel (nb: saya sudah pernah ditolak kerja di hotel ini 2kali, haha) bilang sama saya,"Jek, ada lowongan nih di tempatku kerja, orangnya kurang, plus cari yang bisa kerja pas liburan"
Saya yang memang sudah memutuskan tidak pulang ke Indonesia pas liburan, plus dengan jiwa cinta kebersihan selalu di dada (weits) akhirnya menukas,"oke kak, aku mau!" "sip, ntar sore bawa CV ke sini, aku kenalin ke bos ku, besok pagi kerja ya jam 7!"

Besok paginya, dengan kostum yang sesuai (baca: kaos oblong dan training) saya mulai bekerja. Oh ya, saya belum terangkan pekerjaan apa yang saya lakukan. Tidak, meski kostum sama dan sama-sama berkaitan dengan peduli kebersihan, kali ini tugas saya tidak sama seperti saat saya bertugas menjadi petugas peduli lingkungan di tahun pertama dulu. Dengan medan perang di dapur hotel, Kali ini saya bertugas mencuci piring dan merapikannya kembali ke rak piring yang saking besar dan banyaknya lebih mirip rak buku di perpustakaan.

Saya lebih suka bilang bahwa ketika kerja, saya dapat kesempatan olahraga efektif, tubuh bugar dan kuat, dan pelatihan ketangkasan seiring tugas saya gosok2 piring, angkat2 nampan, dan mondar mandir merapikan piring2, mangkok, dan segala printilannya (jangan salah, melatih diri mencegah perpecahan piring itu nggak gampang lo, haha).


Akhirnya, semua ini hanyalah sepersekian dari selautan rezeki yang Allah telah berikan. Mendapat kesempatan mengatur perekonomian pribadi secara mandiri, alhamdulillah memberikan pelajaran bagi saya, memang rezeki itu suka datang dari jalan yang tidak pernah kita duga. Juga, kalau saya yakin insyaAllah cukup maka ya insyaAllah dikasih cukup, hehe. Eh malah dikasih kemudahan2 plus plus lain yang mnurut saya lebih berarti daripada materi. Memang Allah suka menguji keoptimisan dan positive thinking rupanya.

Kalau sudah begini, saya selalu ingat kata2 ibu saya,"Rezeki itu Allah yang atur,Nduk. Yang penting selalu berusaha dan bersyukur"
Siap bu! :D

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Indonesia: Tempat Berlindung Siapa?

It was the FIRST time....

Having Future like them, can I??