Lebih dari sekedar sosok Arai wanita

Sore itu, saya mendapat cerita menarik tentang "someone" dari seorang teman. Buat saya, cerita ini suangat menginspirasi, i waww pokoknya. Oya, sebelum saya lanjutkan, perlu diingat bahwa cerita ini sama sekali tidak fiktif, bukan bualan, bukan dongeng, apalagi angan-angan belaka. Dikarenakan saya lupa bertanya pada teman saya siapa nama "someone" tersebut, maka saya pikir saya sebut saja Aisya, hehhe (setidaknya lebih mending lah daripada saya sebut Melati atau Mawar).

Tiga tahun yang lalu, Aisya adalah seorang pelajar kelas 3 smp yang sedang menunggu pengumuman kelulusan. Aisya, yang saat itu berdomisili di Pemalang, Jawa Tengah, suaanngggaaattt ingin melanjutkan studinya alias SMAnya di kota pelajar, Yogyakarta. Ia pernah mengungkapkan hal ini pada orang tuanya. Namun, mimpi "kecil"nya ini ditolak mentah-mentah orang tuanya. Orang tuanya ingin ia menempuh SMA cukup di daerahnya saja.

Hari penerimaan ijazah pun tiba. Saat orangtuanya hendak berangkat ke sekolahnya, Aisya pamit hendak ke rumah temannya. Kenyataannya, ia nekat pergi ke Jogja. Modalnya cuma satu, ia punya kakak sepupu yang sedang kuliah di Jogja. Sampai di Jogja, ia bertemu dengan kakak sepupunya. Ia ceritakan "mimpi kecil"nya untuk sekolah di Jogja. Tidak bermaksud menghalangi tekad bulat Aisya, sang kakak sepupu mencoba menjelaskan bahwa hidup sendiri di 'kota orang' tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi dengan kondisi yang bisa dikatakan 'belum direstui' orang tua seperti Aisya. Dijelaskannya pula pada Aisya tentang apa-apa yang perlu disiapkan.

Setelah paham akan penjelasan dari kakak sepupunya, Aisya pulang ke rumah. Ia berniat mengambil surat-surat dan dokumen yang dibutuhkan, seperti Ijazah, rapot, akte, surat pindah, dkk. Sampai di rumah, Aisya mendapati kedua orang tuanya marah besar. Jelas, sore setelah kembali dari SMP Aisya, menyadari sang putri tak juga kembali, beliau berdua akhirnya tau bahwa Aisya nekat ke Jogja. Aisya sama sekali tidak diajak bicara oleh kedua orang tuanya. Seorang diri, Aisya mengurus surat-surat yang diperlukannya untuk merantau ke Jogja. Ya, tekadnya tak pernah surut.

Begitu semuanya siap, sekali lagi Aisya mengutarakan maksudnya untuk sekolah di Jogja. Lagi-lagi orang tuanya belum mendukung. Menentang lebih keras, ultimatum pada Aisya pun dilontarkan. Jika sekolah di Jogja, Aisya tidak akan diberi uang saku, uang hidup, tidak dicarikan tempat tinggal,... (pokoknya semacam diusir dari rumah, semua dari a sampai z harus mengurus sendiri). Pada akhirnya, Aisya tetap pergi ke Jogja seorang diri.
Sampai di Jogja untuk kedua kalinya, Aisya kembali menemui kakak sepupunya. Ia meminta bantuan kakak sepupunya untuk mengurus pendaftaran SMA dan untuk hidup sementara. Awalnya, ia hendak mendaftar di sebuah SMA negri favorit di Jogja. Mungkin karena kurang paham dengan sistem penerimaan siswa baru di Jogja, (Ia menjelaskan bahwa ia tidak jadi mendaftar karena masalah kuota siswa dari luar kota yang sudah penuh di sekolah tersebut, padahal sebenarnya asalkan nilai mencukupi nggak masalah, toh sistemnya gusur-gusuran), Aisya akhirnya mendaftar dan diterima di sebuah Madrasah Negri (hmm.. tapi menurut saya, sekolah ini pun cukup bagus).

Urusan daftar SMA selesai, permasalahan baru muncul. Ia tidak mungkin menggantungkan diri terus-terusan pada kakak sepupunya. Kemudian, ia iseng ikut lomba menulis yang diadakan FLP. Sungguh, Allah Maha Pemurah, ia diizinkan-Nya memenangkan kompetisi bergengsi tersebut. Hadiah lomba itu pun ia jadikan modal awal untuk hidup di Jogja.

Tidak cukup sampai di situ, sadar bahwa ia masih butuh uang untuk biaya hidup ke depan (jangka panjang-red), Aisya memutar otak untuk bisa mempunyai penghasilan. Sebuah usaha kecil pun ia rintis. Menjadi agen penghubung les privat. Kayak apa itu? Sederhananya begini : yang merasa kesulitan memahami pelajaran, yang pengen les privat, hubungi Aisya. Yang mau menawarkan jasa mem-privati, juga hubungi Aisya. Nanti, Aisya lah yang menghubungkan kedua pihak tersebut. Semua diuntungkan, buat pihak 1(yang mau les), nggak usah susah-susah cari guru privat, sedangkan untuk pihak 2(guru les), nggak usah susah-susah cari murid. Jadi, tugas Aisya adalah, membuat koneksi sebanyak-banyaknya ke siapa-siapa yang mau jadi guru privat dan mempromosikannya kepada yang mau les privat. Nah, penghasilan Aisya didapat dari "bagi hasil" pendapatan guru privat tersebut, tentunya dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama.

Eitt,,belum selesai. Belum lama ini ternyata Aisya pun merambah ke ranah bisnis yang lain. Ide bisnis yang ini menuntut Aisya untuk peka terhadap potensi daerah. Ia tahu betul di daerahnya, di Pemalang, kemiri begitu melimpah sampai dibuang-buang (bahasa jawanya : turah-turah). Padahal di Jogja, kemiri termasuk kategori tidak mudah didapat (yaa, nggak melimpah gitu). Sebaliknya, di Jogja, garam beriodium sudah sangat lumrah, mungkin hampir semua garam beriodium. Tetapi, di Pemalang, garam beriodium suangat langka. Maka, Aisya berinisiatif membarterkan kedua barang tersebut. Untuk modal awal, ia meminjam uang di Bank (jelas, ini bukan bisnis kecil, BISNIS BESAR bung!). Dan lagi, jumlah yang ia pinjam pun nggak tanggung-tanggung, 35 JUTA RUPIAH !!!! (Ohh,, sampai mendengar bagian ini dari teman saya,saya heran surprise kaget kagum luar biasa. Batin saya, "ini anak SMA nekat, berani, atau apa??gilee,,ckckckk" ). Di akhir ceritanya (kata temen saya), Aisya masih sempat menjelaskan hal yang lebih LUAR BIASA --katanya, "Alhamdulillah, sekarang hutang di Bank udah lunas. Saya juga sudah bisa ngontrak rumah sendiri, menghidupi diri sendiri". Saya jelaskan lebih lanjut hal yang lebih mencengangkan. HUTANG 35 JUTA TERSEBUT LUNAS HANYA DALAM WAKTU 2 BULAN. See, dua bulan balik modal apa nggak hebat tuh? Wuahh, Subhanallah deh ndengerin cerita ini sore itu.

Oya, saya hampir lupa, bagaimana kelanjutan kisah Aisya dengan orangtuanya? Aisya pun bercerita, "Alhamdulillah sekarang orang tuaku sudah bisa senyum untukku" (Di bagian ini teman saya menambahkan suara batinnya waktu mendengarkan cerita Aisya, "Ya iyalah! Orang tua mana yang nggak bangga anaknya bisa kayak gitu?")
Subhanallah, betapa Allah Maha Pengasih dan Penyayang, mempunyai skenario hebat untuk setiap hambaNya, yang muncul di balik keoptimisan, usaha keras, perjuangan, dan tentunya keyakinan dan keberserahan padaNya.
*note untuk Aisya (siapa tau ternyata anda juga MP-ers, atau sewaktu-waktu sedang googling atau browsing kemudian baca tulisan saya ini) : saya yakin anda bisa jadi muslimah enterpreneur hebat! Lanjutkan!! hehhe :P, dan ajari saya. Oya, mohon maaf kalau saya sedikit sewenang-wenang memberi nama Aisya untuk anda, saya harap anda senang dan tidak keberatan dengan nama itu.     

Jogja, 30 Des 2009  

Comments

Popular posts from this blog

Indonesia: Tempat Berlindung Siapa?

It was the FIRST time....

Rezeki itu Allah yang ngatur, Nduk (part 1)